Felix berdiri di dapur, menatap istrinya, Balbara, yang duduk di meja makan dengan wajah cemberut. Aroma spaghetti yang baru dimasak memenuhi ruangan. Balbara mengusap air mata dari pipinya, suaranya bergetar saat mulai berbicara. “Felix, aku benar-benar mengidam. Cuma sekali ini saja, tolong,” pinta Balbara, suaranya lembut, namun penuh harap. Felix mengerutkan kening, berusaha menahan emosi. “Tapi, kenapa harus Mario? Kenapa bukan aku yang menyuapimu?” “Karena... karena aku ingin merasakan sesuatu yang berbeda. Dia temanmu, jadi pasti lebih seru,” jawab Balbara, menundukkan kepala. “Seru? Ini bukan tentang kesenangan, Bal. Ini tentang kita,” Felix menjawab dengan nada tegas, matanya tetap tajam menatap istrinya. Balbara menggelengkan kepala, air mata mulai mengalir lagi. “Kamu tidak