Balbara terbangun dengan mata berbinar, suara jam dinding berdetak keras di telinganya. “Felix! Bangun!” serunya sambil menggoyangkan tubuh suaminya yang masih terlelap. Felix menggerakkan kepalanya, mengerjapkan mata. “Apa, sayang? Jam berapa ini?” tanyanya dengan suara serak. “Jam enam pagi! Aku ingin sekali pergi ke Jepang! Makan sushi di Hokkaido! Puuuhhleeaasee!” Balbara merengek, suaranya melengking penuh harapan. Felix menghela napas, tersenyum tipis. “Jepang? Sekarang? Kamu tahu kita tidak bisa begitu, kan? Bayi kita… Dokter bilang kamu tidak boleh makan sushi berlebihan.” “Ah, tapi Felix! Aku ngidam! Kapan lagi bisa merasakan sushi asli Jepang? Dan makanan Jepang lainnya!” Balbara memeluk bantal, mengerang lembut. “Bisa jadi ini terakhir kali sebelum bayi lahir.” Felix mengga