Balbara duduk di ujung ranjang sambil menatap Felix dengan mata penuh amarah. Felix, yang baru saja pulang pagi ini, merasa bingung. Semalam, ia harus lembur karena proyek besar yang tak bisa ditinggalkan. Namun, Balbara sepertinya tak ingin mendengar alasan itu. “Jangan coba-coba berbohong, Felix! Aku tahu kamu pasti ada wanita lain. Menginap di kantor? Memangnya aku bodoh?” Balbara memelototi Felix, wajahnya merah padam. Felix menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. “Sayang, aku bekerja lembur. Hanya itu. Aku tidak pernah berniat menduakan kamu, apalagi dalam keadaan seperti ini, kamu tahu itu.” Namun, kata-kata Felix seakan tak mengubah keadaan. Balbara tetap keras kepala dan mencibir, seolah-olah semua alasan Felix hanya bualan. “Apa aku harus mempercayaimu begitu saja? Kamu s