Di taman rumah sakit yang sepi, Harris berdiri dengan wajah dingin, menatap Felix dengan sorot mata yang penuh kemarahan. Sudah dua hari berlalu sejak putrinya, Balbara, melahirkan, dan baru sekarang Harris mengetahui kabar bahagia itu. Harris adalah pria yang keras kepala dan sangat protektif terhadap putri tunggalnya. Baginya, Balbara adalah segalanya, dan ia merasa dikhianati karena tidak diberi tahu soal kelahiran cucunya oleh Felix. Felix, yang masih terlihat lelah setelah dua hari berjaga menemani Balbara di rumah sakit, berdiri di hadapan mertuanya dengan kepala tertunduk. Dia tahu, tidak ada alasan yang bisa membenarkan kelalaiannya. Dia memang salah karena tidak memberi tahu Harris, dan sekarang dia harus menerima kemarahan mertuanya. “Maafkan aku, Daddy,” kata Felix lirih, deng