“Hardi, kau harus membantuku,” ucap Yaksa pada kolega bisnis sekaligus sahabatnya. Mereka bertemu keesokan paginya. Pagi-pagi sekali Yaksa mendatangi kantor Hardi. “Ada masalah apa?” tanya Hardi dengan raut wajah bingung. Yaksa menghempaskan tubuhnya yang lelah di atas sofa ruang kerja Hardi, ia tak bisa tidur nyenyak semalam. “Satya… sudah lama aku curiga padanya. Dulu, setelah kematian kakakku, dia begitu bersikeras ingin menduduki posisi CEO, mengabaikanku yang jelas lebih berhak. Karena itu, sejak aku resmi menjadi CEO, aku sengaja tidak memberinya jabatan khusus agar dia tidak bisa banyak memberikan intervensi. Tapi ternyata aku salah, dia justru memanfaatkannya untuk menyerangku ketika aku lengah.” Hardi duduk di single sofa, menatap Yaksa prihatin. “Apa yang bisa kubantu?” “Ban