Radi menyetir mobilnya dengan gelisah, memarkirnya di halaman rumah sembarangan, memasuki rumah dengan langkah gusar, dan segera mengurung diri di kamar. Pria itu melempar tas kerjanya asal, melepas dasi dan kancing teratas kemejanya dengan gerakan serampangan, lantas menyandarkan kedua tangannya di atas laci kayu. “Arka s*alan!” pekiknya tertahan, membuat urat di lehernya menegang. Tangannya yang mengepal geram nyaris menggebrak laci kayu. Radi berjongkok di depan laci, wajahnya merah padam oleh amarah. Ia merogoh sebuah kunci dari kantong celananya, hendak membuka laci yang terkunci. Tangannya bergetar hebat, membuat anak kunci hampir selalu terpeleset. “Aaarkh, s*al!” umpatnya marah. Tapi ia tak menyerah, sekali lagi berusaha membuka laci. Lalu, setelah berkali-kali berteriak marah