Botol wine di atas meja masih tersisa seperempat ketika Jovanka dengan gerakan sensual sengaja mendekati Arka. Ia menggoyangkan gelas wine di tangannya, duduk di pangkuan sang pria dengan senyum tak lepas dari wajahnya. Arka melonggarkan kancing bagian atas kemejanya, tubuhnya mulai terasa panas meski AC ruangan berada di suhu belasan derajat. Jovanka tersenyum tipis, tangan kirinya meraba d**a Arka yang terbuka. “Aku yakin… masih ada namaku di hatimu, Arka.” Arka menggeleng. “Nggak ada. Semuanya penuh sama Arista. Hatiku, kepalaku….” Ia memegangi kepalanya, meremas rambutnya. “Kenapa dia terus ada di pikiranku, Kak? Sekeras apapun aku berusaha ngelupain, bayang-bayangnya terus-terusan berkeliaran di kepalaku.” Tatapan Jovanka berubah dingin dan tajam seketika. “Nggak mungkin, Arka! Ka

