Para perawat yang bertugas untuk menjaganya di malam itu akhirnya selesai. Seorang perawat yang mengecek kondisinya terakhir kali mengatakan kalau dia harus terus semangat dan jangan terpengaruh oleh pikiran-pikiran buruk yang hendak menggerogoti kewarasannya. Setidaknya jika dia bisa berpikir jernih, kemungkinan untuk tetap hidup itu ada. Namun, ucapan hanya tinggal sebuah ucapan. Ia sudah kalah oleh pikirannya sendiri. Itulah yang membuat dia diam-diam menyimpan sebuah pisau tajam yang ia ambil saat Bibinya datang kemari untuk mengupas apel. "Jika... Jika aku tidak bisa mendapatkan Axelle, lantas kenapa aku harus hidup?" Bisiknya pada diri sendiri. Caroline menatap pisau yang ia pegang di tangannya. Meski itu pisau kecil, tapi cukup untuk memutus urat nadinya dan membuat ia mati seke