Haruskah aku online? Pertanyaan itu terngiang dalam benak Kaili semenjak ia meninggalkan Stone Entertainment. Meskipun Han Junjie tidak menyuruh, ia tahu pria itu pasti menginginkannya online seperti biasa. Main game itu bukan masalah mau atau tidak, melainkan sebuah kontrak yang harus dikerjakan. Jika cinta itu tidak ada, Han Junjie bakal memaksa online meskipun nyawanya di ujung tanduk. Kaili terbayang wajah iblis pria itu tatkala menyeretnya ke mesin game. "Hiii!" Punggung Kaili berkedik ngeri. Kemudian ia menghela napas pasrah. Ia mesti mengambil keputusan sebelum masa tenggang habis. Mumpung hari masih siang, ia berujar pada kedua pengawalnya, "Antarkan aku ke kafe Kakak Zhuo." Namun, jawaban mereka memgecewakannya. "Maaf, Nyonya. Tuan memerintahkan Nyonya kembali ke rumah dan beris

