Di antara dentuman ledakan torpedo yang diluncurkan lawan, terdengar suara erangan lirih duyung-duyung yang terjebak di lilitan sulur labu. Mereka berada dalam agoni karena tidak bisa melakukan apa pun, sementara orang yang menahan mereka sepertinya tidak berencana menghabisi nyawa mereka saat itu juga. Kaili mempertahankan hidup mereka sembari menyerap energi. Kebanyakan dari duyung-duyung itu tidak merasa sakit, tetapi berbeda dengan keadaan Mayleen dan Anita. Sulur labu dan akarnya tumbuh dari dalam tubuh kedua wanita itu membuat tubuh mereka merasakan sakit seperti diseruduk Triceratops. Jarak batang Mayleen dan Anita berjauhan, tetapi mereka masih bisa saling melihat walaupun nanar. "Bibi ...," sebut Mayleen dengan sela bibirnya yang mengalirkan darah. "M-May-leen ...," lirih Anita

