Dua hari tak beraktivitas menyusui membuat payudaraku membengkak. Rasanya cukup nyeri tapi tak senyeri hatiku. Aku sangat merindukan Nevan. Kerinduanku pada bayi yang baru sebulan lalu kulahirkan membuat emosiku berfluktuasi. Nyeri di hatiku terus memacu air mataku untuk mengalir. Bi Sami yang membantu meringankan rasa nyeri di payudaraku dengan mengompreskan lembaran kol dingin terus menenangkanku. "Sabar, ya, Bu. Ibu jangan menangis terus kasihan dedek Nevannya. Nanti dedek Nevannya ikutan sedih di sana, Bu," ucap Bi Sami. "Nevan sedang apa, ya, Bi? Pasti dia lapar dan haus, Bi." Bi Sami mengelus punggungku lembut. "Pak Zeroun pasti merawat dedek Nevan dengan baik, Bu. Ibu di sini tenangkan pikiran Ibu dulu." Dering ponsel menginterupsi obrolanku dengan Bi Sami. Kulihat di layar pons