Fokus mata Liu tidak bergerak lebih dari semenit. Tangannya meremas kuat kelima jari Noa di dalam genggamannya. Kali ini Liu tidak berani untuk mengucap sepatah kata penyambutan kala Kal datang mendekat padanya. "Kak, bisakah kau tinggalkan kami berdua?" Liu mengamati ekspresi kakaknya yang mengeras. Noa marah, kepalan tangan dalam genggamannya tidak berbohong. Lagipula, dia sudah bisa menduga bahwa Noa akan marah karena kalimat Kal padanya. Ini adalah pertama kali bagi Noa mendengar bagaimana kerasnya suara Kal ketika berseru. Dua puluh empat tahun mengenal Noa, Liu telah mengerti bahwa hanya dirinya yang mampu mengalahkan egoisme sang kakak. Tetapi setidaknya kali ini saja, biarkan Kal yang melampiaskan segala kemarahan dalam kepalanya. "Liu—" Liu menekan lebih kuat jemarinya, kalim