Gibran bergegas turun dari mobil setelah memarkirkan kendaraan roda empat itu di pelataran parkir sebuah kafe yang lokasinya agak jauh dari kantor. Hal ini untuk mengantisipasi jika Wulan atau Bayu benar-benar menyewa mata-mata untuk mengawasi pergerakannya. Sang kakek walaupun menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, tapi Gibran tak mau mengambil resiko, dia harus tetap waspada karena segala kemungkinan bisa saja terjadi. Rio dengan ditemani dua buah cangkir latte sedang duduk di sudut ruangan ketika Gibran memasuki bangunan itu. Lelaki bertopi itu juga baru selesai menyantap sarapannya karena tadi terburu-buru dan tak sempat mengisi perutnya ketika di rumah. "Maaf membuatmu menunggu." Gibran menarik kursi dan mendudukinya. "Tidak juga, kebetulan saya belum sempat sarapan