“Ya udah deh, Ma, nanti aku tanya sama pak Rizki, kapan mau lamarannya, baru mikir buat resepsi. Lagian Mama ini aneh deh, anaknya mau sidang skripsi malah ditanya kapan nikah.” Deva terlihat sewot. Safina tersenyum. “Iya ya, Mama terlalu semangat karena besok kamu sidang sih. Jadi, pikirannya udah jauh gitu kamu mau cepet nikah sama pak Rizki.” Deva hanya bisa geleng-geleng kepala. Jujur menonton film bersama orang tuanya, walaupun film itu lucu tetap saja tidak mengurangi stress yang Deva rasakan sehingga selesai menonton, perempuan itu langsung kembali ke kamarnya. Harapan Deva hanya satu, bisa curhat pada Rizki. Deva menatap layar ponselnya sambil menunggu telepon dari Rizki. Dia sedang tidak minat untuk membuka w******p atau berselancar di dunia maya. Mata Deva malam ini seperti