Deva tidak lagi mau peduli pada dosennya itu. Dosennya mau marah, berteriak, mengamuk atau apa pun yang dia lakukan, dia tidak peduli dengan ancaman sang dosen. Jika tadi ojek yang dia pesan pergi karena diusir oleh Rizki, kali ini dia akan pulang dengan jalan kaki baru setelah agak jauh dari kampus dia akan memesan ojek. “Pak, saya udah capek. Capek juga kalau harus meladeni Bapak sekarang. Jadi, saya pulang aja ya.” Perempuan membalikkan badannya lalu meninggalkan dosennya. “Deva!” Satu teriakan sang dosen berhasil membuat Deva membalikkan badannya. “Ada apa lagi sih, Pak?” Wajah Deva terlihat sedikit khawatir saat dia melihat Rizki memegangi perutnya. Pria itu tampak meringis kesakitan. Tanpa pikir panjang Deva segera mendekati Rizki. “Bapak kenapa? Sakit perut?” Rizki hanya m