Perdebatan sepertinya belum akan selesai. Puri tentu saja malu disudutkan seperti itu, terlebih beberapa tamu yang sudah datang tak pakai malu-malu memandang mereka. Ara merangkul Nina di pinggang, tetap awas karena khawatir adegan yang selanjutnya terjadi mengandung unsur kekerasan. “Kalian ngapain?” Rio spontan menoleh pada gadis yang menyisipkan jemari di sikunya. Dilihat dari zero distance seperti itu sungguh membuatnya tak mampu berpaling. Tatapan Rio lekat ke wajah Reina yang turut membeku menatap pria pujaannya. “Mas sayang kamu, Rei. Maaf Mas butuh waktu lama menyatakan secara lisan. Tapi Mas harap Reina tau itu dari sikap Mas. Mas ngga ngajak Reina pacaran karena Mas sudah terlalu tua untuk itu. Kalau Reina ngga keberatan, gimana kalau kita mulai bicarain apa yang mau kita r

