“Ara,” sahut Nina. “Ara lagi sibuk?” “Ngga. Lagi di kantor Gail. Ada Galang juga, sama sepupunya; Badar.” “Oh. Udah jadi ke tempatnya Lindi?” tanya Nina kemudian. “Sudah, Sayang.” “Terus?” Ara berpindah, duduk di kursi kebesaran Gail. Orientasi singgasana itu ia ubah, kini membelakangi ketiga kawannya. Ia pun mulai menceritakah kisahnya menakut-nakuti Leandro tadi, membuat Nina tak bisa menghentikan tawa. “Haduuuh, ada-ada aja sih Ara.” “Emang lawak banget, Nina!” “Berarti inshaaAllah aman ya? Maksud Nina, harusnya Leandro dan Lindi ngga berani dong macam-macam lagi?” “Harusnya gitu. Kalau masih berani ya bisa-bisa mereka tiba-tiba hilang. Kelihatan banget tadi tuh Bang Gyan nahan diri. Habis manah apel di atas kepalanya Leandro, tangannya tuh gemetar, Nin. Pengen banget kayaknya

