Ditya kembali ke layar PC-nya, menunggu Ara menjawab. Setiap angka yang tertera di layar laptop Ara perhatikan dengan seksama seraya menimbang-nimbang segala konsekuensi yang mungkin mengekori. Lalu, ponselnya terdengar berdering. "Casper, answer the phone!" Ditya otomatis tergelak, kenapa juga Ara harus menamai asisten virtualnya dengan nama hantu. Sementara itu, Ara mendengus pelan, menyayangkan nasib ponsel mahalnya yang bahkan layarnya tak lagi mau menuruti perintah jarinya, ditambah Ara terlalu malas untuk memindahkan eSIM-nya ke ponsel baru. Mencampur urusan pribadi dan bisnis atau pekerjaan, sungguh bukan gayanya. “Ra?” sapa sang penelpon. “Ya, Bang,” sahut Ara, lemas. “Nemu nasi Padang di London?” canda Gyan. “Hah?” “Gue, Ra … kalau makan siang pakai nasi Padang, abisannya

