18: SEBENTAR LAGI

1447 Kata

“Nina ngga kangen sama Mama?” Nina tertegun di posisinya, menatap Anantari yang memerhatikannya dengan kedua netra yang berkaca-kaca. Lucunya, justru Nina yang menangis lebih dulu. Anantari menarik lembut sang putri, membiarkan Nina duduk di sisi ranjang lalu membawanya ke dalam dekapan hangat. “Sudah. Jangan nangis. Ngga apa-apa. Kadang, anak itu harus pergi jauh, biar semakin mature, semakin bijak, juga semakin cerdas.” “Iya, Ma.” “Nina sehat kan?” “Sehat kok, Ma.” “Alhamduillah.” Begitu pelukan itu terurai, Nina memperbaiki posisi duduknya. Ia menyusupkan kedua kaki ke dalam selimut yang sama dengan Anantari, duduk menyandar di kepala bed dengan posisi menyamping, menghadap sang ibu pengganti. "Nina ... Bilangin Ara, putusin Lindi. Mama pusing. Stress lihat cewek-cewek p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN