Terminal kedatangan tak terlalu ramai pagi itu. Ara sudah mengabarkan kehamilan Nina pada Rio dan Gala. Meski Gala butuh penjelasan lebih tentang di mana calon adiknya berada. “Adiknya masih kecil banget, Papa?” tanya Gala yang menemplok di punggung Rio. “Iya. Masih kecil sekali, kayak titik,” jawab Ara. “Nanti lama-lama adik membesar. Beratnya about three kilos. Baru deh adik bayi bisa dilahirkan. Kalau Gala berapa berat badannya. Tau ngga?” “Tau, Papa. Nineteen. Tapi waktu Gala sakit yang muntah-muntah itu, I lost weight. A lot.” “Semoga anak Ayah sehat terus, disayang Allah selalu,” ujar Rio, menyelipkan doa di antara dialog Gala dan Ara. “Aamiin. Ayah juga ya,” tanggap Gala lalu mengecup pipi kanan Rio. “Aamiin.” Menjelang pintu keluar terminal. Nina menyapukan pandangan,

