“Apa yang sakit?” tanya Ara kemudian. “Ngga ada, Ara. Cuma lemas aja,” jawab Nina. “Maaf, Nina ….” “Ara jangan minta maaf terus. Nina malah jadi kepikiran.” Ara mendengus. Koleksi vocab-nya tiba-tiba saja ter-format. Yang terpikir hanya minta maaf pada Nina. Tentang ia yang merahasiakan rencana pernikahan mereka. Tentang Lindi yang membuat isi pikiran Nina carut marut. Dan tentang ia yang tak bisa melindungi Nina dan Gala sehingga mereka harus menempuh perjalanan panjang dalam kondisi yang masih letih. ‘Bodoh lo, Ara!’ Nina sendiri menatap sang suami lekat. Rahang Ara nampak kaku. Tatapannya kosong ke punggung tangan Nina yang terhubung dengan kabel infus. ‘Pasti lagi nyalahin diri sendiri.’ “Ara?” tegur Nina seraya mengangkat tangannya yang terhubung dengan monitor alat vita