42: PAPARAZZI

1808 Kata

“Ara!” panggil Nina lagi seraya menepuk-nepuk lembut wajah Ara. “Nina,” lirih Ara setelah memaksakan diri mengangkat kedua kelopak matanya. “Ara kenapa? Apa yang sakit?” tanya Nina. Ia menyeka peluh di kening Ara, meski percuma karena Ara bahkan dalam keadaan kuyup. “Ara?” “Rumah Sakit.” Nina mengangguk. Ia menyisipkan kedua tangannya di ketiak Ara, dengan tenaga penuh membantu Ara berdiri. Ara pun dengan sisa tenaganya berupaya maksimal mengangkat tubuhnya. Kuat Nina mencengkeram Ara di pinggang, sementara tangan kekasihnya bersandar di bahunya. Perlahan mereka melangkah yang rasanya jarak teramat jauh bagi Ara. Pintu mobil Nina buka dengan pengendali jarak jauh, lalu perlahan ia membantu Ara duduk di kursi kopilot. Ara masih mampu membuka matanya saat Nina memasangkan sabuk pengaman

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN