Sayangnya, langkah Ara yang kondisinya tidak fit, kalah cepat dengan kedua orang tadi. Ditambah lagi, sepertinya mereka sudah mengatur strategi agar begitu mendapatkan konten menarik, mereka harus segera melarikan diri. Terbukti memang karena dua sepeda motor sudah menunggu orang-orang tersebut tepat di luar area apartemen. Sementara Ara, nyaris terjerembab karena kehilangan keseimbangannya. Ia menyandarkan punggung di salah satu pilar, menundukkan kepala, berusaha menahan gejolak di perutnya. “Ra?” tegur Rio yang ternyata menyusulnya. ‘Huek!’ “Astagfirullah,” lirih Rio. Ia mendekat, memijit tengkuk dan bahu Ara. “Udah tau ngga fit, ngapain coba lo ngejar mereka?” Begitu rasa mual itu mereda, Ara mengambil sapu tangan di saku celananya, membersihkan mulutnya dari sisa muntahan. “Lo ta