‘Sumpah gue harus senang atau pusing?’ Ara menghembuskan napas perlahan, karena jika terlalu keras khawatir Gala mengartikan ia kesal dan bukan frustasi. “PAPA IKAT AJA!” “Gala? Gala dengar Papa dulu.” “NGGA MAU!” “Oke. Oke, Nak. Kita ambil baju Papa saja di flat Papa. Tapi, Papa telpon Onti Zia dan Onti Yuna ya? Papa boleh kan ajak Onti?” “Kenapa?” “Biar ramai.” Padahal, Ara bingung karena ia tau persis Nina dan Risna tak akan nyaman jika hanya Ara yang menginap di sana. “Oke.” Izin didapat. Ara melajukan SUV-nya kembali menuju Ibu Kota. Di tengah perjalanan, ia meminta Nina menyambungkannya ke Zia dan Yuna dalam satu panggilan grup. “GALAAA!” pekik Zia begitu mendapati wajah keponakannya di jok kedua. “Eh? Kok sayangnya Onti sedih?” “Siapa yang sedih? Gala? Kenapa