“Lo mau beli sesuatu dulu, Mas?” Rio diam saja. Titik pandangnya menembus jendela kaca, memerhatikan kepadatan sepanjang jalan raya yang seharusnya tanpa hambatan. “Gila ya … kesambet apa coba gue mau-maunya ngejemput tua bangka yang ujung-ujungnya cuma nyuekin gue?” gerutu Reina. Kesal sendiri karena sedari tadi Rio tak banyak bicara dan nampak tak nyaman. “MAS RIO!” “Allahu akbar!” sentak Rio. “Astaghfirullah, kenapa Rei?” “Lo ngga suka ya gue jemput?” “Emang kelihatan begitu?” “Jadi lo ngga suka?” “Terima kasih Reina, sudah capek-capek jemput gue.” “Harusnya lo dengarin omelan gue, Mas!” Rio menghempaskan napas. Wajahnya ia tolehkan, menatap Reina yang fokus menyelaraskan roda kemudi, pedal gas dan tuas perseneling. “Sejak kapan lo ngga tomboi lagi, Rei?” “Sejak na