“Gala?” Ara gegas naik ke atas ranjang, memeluk erat sang putra yang masih menangis histeris. “Papa di sini, Nak. Papa ngga pulang. Papa ngobrol sama Mama. Maaf ya Papa ngga bilang Gala dulu?” Tak ada jawaban. Gala masih butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia terlalu terkejut, ia sangka Ara meninggalkannya lagi. “Kan Papa sudah janji. Papa tidur sama Gala. Besok kita mau beli lima kado, karena Papa ngga datang lima kali ke ulang tahun Gala. Kita juga mau ketemu Oma dan Opa. Iya kan?” ujar Ara lagi. Gala menarik tubuhnya, mengusap wajahnya yang basah, lalu mengangguk dengan kedua ujung bibir yang masih tertarik ke bawah. “Papa kangen juga sama Mama. Makanya Papa ngobrol dulu sama Mama,” sambung Ara kemudian. “Oke,” lirih Gala. “Gala mau minum?” tanya Nina seraya mengusap lem