“Makasih, Mar,” ucap Amira pada pria yang dengan keras kepala menantarkannya pulang. Amira tidak berani untuk sekedar mengangkat kepalanya dan mengucapkan terima kasih. Itu lah kenapa ia terus melihat ujung kakinya selama bicara kemudian berbalik dan memacu langkah seribu. “Hati-hati, Amira,” ucap Ammar. Belum selesai Ammar bicara ia sudah mendengar ringisan Amira yang dengan cerobohnya tersandung pada pintu. “Astaga..” keluh Ammar, “Salah tingkah juga ga segitunya kali, Ra.” Ammar membuka sabuk pengaman untuk melihat keadaan Amira tapi gadis itu lebih cepat dari yang ia kira. Amira menghempaskan pintu rumahnya, pertanda Ammar tidak diijinkan untuk masuk. Di balik pintu rumahnya, Amira terduduk sambil memegangi jempol kanan yang nyut-nyutan. Amira merasa sial sekali. Semua kesialan i