Divy sudah merasakan gemuruh di dadanya hanya dengan memikirkan hari ini ia akan bertemu dengan Aldi. Sepanjang perjalanan ke sini ia juga merasakan kedua kakinya melemah begitu saja. “Ga usah gugup begitu, cantik.. kaya mau ketemu sama calon mertua aja,” kekeh Papa Firman padanya. Divy tersenyum kecil pada beliau kemudian menautkan jari-jemarinya satu sama lain. Ia mulai mempertanyakan apakah ia terlalu bodoh dengan menemui Aldi seorang diri seperti ini? Apakah seharusnya tadi ia mengajak Amira bersamanya. Kemudian Divya menggeleng pelan. Amira tidak boleh mengetahui rahasia kecilnya ini. Memangnya apa yang bisa ia katakan untuk minta tolong pada Amira? Mengatakan dengan gamblang kalau ia merindukan Aldi? “Tiga minggu menjelang pertunangan, benar?” “Iya, Pa.” Divy melihat papanya