Hancur

1093 Kata
Selamat membaca! Setelah menghabiskan waktunya selama berjam-jam menunggu di depan pintu kamar hotel yang Amanda tempati, sesosok pria yang sempat menyamar menjadi supir taksi itu mulai menemukan titik terang atas rasa penasaran yang membuatnya begitu gelisah. Pria itu tampak sangat murka saat melihat pria lain yang masuk ke kamar Amanda sejak tiga jam lalu baru saja keluar dengan merapikan kemeja yang dikenakan. "Sial, ternyata Amanda tidak sebaik yang aku pikir. Nyatanya dia sama saja seperti wanita malam yang suka menjajakan tubuhnya pada sembarangan pria. Di depanku dia bersikap sok suci, tapi di belakangku ternyata dia begitu murahan seolah tak memiliki harga diri karena mengundang pria lain untuk datang ke kamar hotel yang telah disewanya hanya untuk menghangatkan ranjang yang akan ia tiduri!" umpat pria itu yang ternyata ia adalah Pratama Wirayuda. Setelah tak menemukan keberadaan Alex di sekitarnya, Tama pun mulai melangkah mendekati pintu kamar nomor 201 lalu ia mengetuknya dengan kasar. Tak lama kemudian pintu pun dibukakan oleh Amanda yang penampilannya terlihat sangat kacau. "Ada apa lagi sih, Lex? Urusan kamu di sini sudah..." Seketika kalimat wanita itu menggantung saat melihat wajah pria yang mengetuk pintu kamarnya itu ternyata bukanlah Alex, melainkan sosok Pratama yang kini berdiri tegap dengan wajah memerah karena menahan amarah yang membuncah. "Urusanmu dengan Alex sudah selesai? Kalau begitu sekarang ayo selesaikan urusanmu denganku!" titah Tama seraya menampilkan seringai yang amat menakutkan saat melihat wajah terkejut Amanda. "Maksud kamu apa, Tama? Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?" tanya Amanda yang merasa bingung dengan kemunculan Pratama, seolah ia bagaikan hantu yang bisa datang secara tiba-tiba tanpa diundang olehnya. Tama yang enggan menjawab pertanyaan Amanda, ia segera meringsek masuk ke dalam kamar wanita itu yang tampak begitu berantakan. "Wow, berantakan sekali kamarmu. Berapa kali kamu melakukannya dengan Alex, selama dia berada tiga jam di dalam?" tanya pria itu dengan begitu kurang ajarnya, hingga memancing kemarahan Amanda yang merasa harga dirinya seperti diinjak-injak. "Jaga ucapan kamu ya, Tama. Aku dan Alex tidak melakukan apapun di sini, kamar ini berantakan karena..." Amanda tak diberikan kesempatan untuk menjelaskan apapun oleh Tama dan dengan cepat ia memotong perkataan wanita itu secara paksa. "Karena apa? Kamu pikir aku ini orang bodoh yang bisa kamu bohongi dengan alasan klise-mu. Menurutmu apa yang dilakukan oleh dua orang dewasa di dalam kamar selama tiga jam lamanya, saat pria itu keluar dari sini dia juga terlihat sibuk merapikan penampilannya yang tampak begitu kusut, begitupun saat kamu membukakan pintu untukku dan mengira aku ini adalah Alex, sekarang ini saja penampilanmu terlihat sangat kacau, Amanda, kamu pasti tidak sempat merapikan diri karena pria itu terus melakukannya padamu 'kan, sampai-sampai ranjangmu terlihat begitu berantakan!" Amanda tidak terima dengan tuduhan Tama yang sudah sangat keterlaluan dalam menyudutkannya, wanita itu pun tersulut amarah hingga tanpa pikir panjang ia segera melayangkan sebuah tamparan keras yang mendarat tepat di wajah Tama. "Jangan pernah kamu berpikir aku ini adalah w************n seperti yang ada dipikiranmu, Tama!" Pria itu segera meraih tangan Amanda yang tadi sudah berani menampar wajahnya dengan sangat keras, lalu ia menggenggam erat pergelangan tangan wanita itu hingga Amanda mengaduh kesakitan. "Berhenti bersikap sok suci di hadapanku, Amanda! Jangan pernah membanggakan dirimu yang kotor ini di depanku! Asal kamu tahu ya, Amanda, awalnya aku sempat baper karena melihat sikapmu yang seolah-olah seperti wanita suci, lalu aku semakin terbawa perasaan saat kamu mengatakan banyak hal manis padaku seakan-akan kamu memberiku banyak harapan. Dan sekarang kamu harus mempertanggungjawabkan perasaanku ini yang telah kamu permainkan!" ucap Tama penuh dengan penekanan di setiap kalimatnya. Saat ini Tama benar-benar menunjukkan sisi gelapnya yang tengah dibalut amarah, bahkan ia tak dapat mengontrol dirinya sendiri untuk tidak menyakiti seseorang yang kini semakin membuatnya murka, sekalipun Amanda adalah seorang wanita. "Tama, lepaskan aku! Tolong jangan bersikap kasar padaku!" pinta Amanda dengan sangat memohon, tubuhnya seketika gemetar hebat karena merasa takut melihat aura gelap yang Pratama tampilkan. "Aku tidak akan melepaskanmu sampai aku mendapatkan apa yang aku mau!" jawab Tama seraya menarik pergelangan tangan wanita itu lalu ia menghempaskan tubuh Amanda ke atas permukaan ranjang dengan begitu kasar. "Tama tolong jangan lakukan itu padaku, sungguh aku dan Alex tidak melakukan apapun, aku memintanya datang ke sini karena dia adalah dokter pribadiku." Pria itu tak lagi percaya dengan apapun yang Amanda katakan saat ini. "Lebih baik sekarang tutup mulutmu, Manda. Aku sudah tidak akan percaya dengan semua penjelasan yang kamu katakan, karena apa? Karena kamu sudah membohongi dan membatalkan rencana dinner kita malam ini dengan memakai alasan kamu memiliki janji dengan Mommy-mu. Maka aku tidak akan percaya lagi dengan apapun yang kamu katakan saat ini!" ucapnya seraya mendorong tubuh Amanda yang berusaha bangkit dari posisinya hingga wanita itu kembali terjatuh ke atas permukaan ranjang. Lalu tanpa berlama-lama lagi Pratama langsung merobek pakaian kerja yang masih membalut tubuh indah Amanda yang semalam sempat membuatnya terkagum-kagum, tapi tak dapat disentuh olehnya. Dan kali ini Tama tak akan menahan diri untuk tidak melakukan apa yang menjadi keinginannya. Amanda begitu ketakutan saat Tama mulai menghimpit tubuhnya. Sekeras apapun ia berteriak dan meronta, namun Pratama tak mempedulikannya sama sekali. Walau Amanda sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong tubuh Tama agar enyah dari atas tubuhnya, tapi lagi dan lagi usahanya menemukan kegagalan karena tenaga Tama lebih kuat untuk mematahkan setiap perlawanannya. "Tama, a-aku mohon... To-tolong jang--jangan lakukan itu." Amanda masih terus melontarkan permohonan agar dapat menghentikan aksi Tama yang sudah menguasai seluruh tubuhnya. Tama yang malas mendengar permohonan yang terlontar dari mulut Amanda, membuat pria itu segera membungkam mulut wanita yang sedari tadi terus berteriak dan memohon belas kasihan dengan mulutnya. Bulir kesedihan tidak henti-hentinya mengalir dari kedua sudut mata Amanda, saat mulutnya tak lagi dapat memohon, namun sorot matanya yang terlihat rapuh terus menyiratkan permohonan saat Tama sesekali menatap kedua bola matanya. "Tama, please... Hentikan semua ini, aku mohon," jerit Amanda di kedalaman hatinya yang rapuh karena harus mengalami kejadian ini di saat dirinya lemah tak berdaya. Namun, hati Tama seakan tak tersentuh sedikit pun dengan kondisi Amanda saat ini. Ia tetap melanjutkan aksinya dan mulai melakukannya. Hal itu membuat Amanda berteriak sekencang-kencangnya walau mulutnya saat ini masih dibungkam kasar oleh Tama, kedua matanya tampak melotot dengan napas yang tercekat. Urat-urat hijau mulai menegang di sekitaran dahi Amanda saat dirinya merasa rapuh karena sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya telah dirampas oleh seorang pria milik wanita lain. "Mom, Dad. Maafkan aku karena aku gagal menjaga diriku sendiri, aku gagal menjaga kepercayaan yang kalian berikan padaku. Maafkan aku, sekarang hidupku sudah hancur, aku sudah tidak punya masa depan yang indah, aku malah memberi dosa pada kalian, tolong maafkan aku..." batin Amanda yang kini menangis pedih di dalam hati. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN