Selamat membaca!
Setelah melewati perjalanan selama kurang dari satu jam, akhirnya mobil yang dikendarai oleh Michael kini tepat berhenti di depan rumah Amanda. Sebuah rumah mewah yang memiliki gerbang utama yang menjulang begitu tinggi dan berdiri sangat kokoh.
"Akhirnya aku sampai di rumah juga. Kalian mau mampir dulu? Ayo aku kenalin sama Mommy dan Daddy, biar mereka kenal sama Bos di tempat aku bekerja mulai besok." Amanda mencoba menawarkan Pratama dan Michael untuk berkenalan dengan kedua orang tuanya.
Namun, Pratama menolak karena ia harus segera pulang mengingat Nathalie sudah menunggunya sejak semalam di rumah kediaman keluarganya.
"Maaf banget, Manda. Sepertinya aku enggak bisa mampir dan berkenalan dengan kedua orang tuamu sekarang karena aku ada urusan lain. Mungkin lain kali aku bisa berkenalan dengan mereka."
"Oh ya sudah enggak apa-apa. Makasih ya karena kamu sudah mengantarku sampai di rumah. Sampai bertemu besok!" jawab Amanda dan bersiap untuk keluar dari mobil.
Namun, saat Amanda sudah membuka pintu dan hendak melangkah keluar, tiba-tiba saja sebelah tangannya ditahan oleh Pratama membuat gerakan Amanda terhenti seketika.
"Manda, hati-hati ya. Jaga dirimu baik-baik," ucap Tama dengan begitu halus sambil menatap lekat kedua mata biru Amanda yang begitu teduh setiap kali ia menatapnya.
Amanda yang semula terkejut karena Tama menahan tangannya, seketika ia tertawa kecil setelah mendengar apa yang hendak pria itu katakan padanya. "Oh ya ampun, aku kira kamu mau ngomong apaan sampai mencegah kepergianku."
"Iya, aku hanya ingin mengatakan itu padamu. Jangan menangis lagi malam ini ya." Kini Pratama mulai mengusap rahang wajah Amanda dengan sangat lembut, membuat wanita itu gugup bukan main. Lalu Tama mengecup sebelah pipi Amanda yang merona merah. "Salam untuk Mommy dan Daddy di rumah ya!" ucap pria itu mengakhiri kegugupan yang menyelimuti diri Amanda.
"Ya, baiklah. Aku akan menyampaikan salam darimu untuk mereka. Sekarang aku boleh turun 'kan?" tanya Amanda dengan jantung yang berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Tentu, hati-hati ya. Jangan lupa hubungi aku setelah ponselmu aktif!" jawab Tama sambil memperingati wanita itu yang kini mulai beranjak pergi meninggalkan tempat duduknya.
"Oke, Tama. Sekali lagi makasih ya. Makasih juga untuk Tuan yang menyetir karena kamu sudah mengantarkan aku pulang dengan selamat," ucap Amanda dengan sangat ramah sambil melambaikan tangannya, lalu ia pun menutup pintu dan mulai melenggang memasuki gerbang utama rumah orang tuanya.
"Sama-sama, Manda. Sampai bertemu besok!" jawab Tama sambil melambaikan tangannya.
"Sama-sama, Nona Amanda." Michael pun ikut menjawab walau sedikit terlambat karena ia tak diberikan kesempatan untuk berbicara dengan Amanda oleh Michael yang terus menggunakan haknya untuk berbicara.
Pandangan mata Tama terus tertuju ke arah rumah yang menjadi tempat tinggal Amanda, seulas senyuman masih tercetak jelas menghiasi wajah tampannya, karena bagi pria itu pertemuannya bersama Amanda sungguh berkesan manis dalam ingatannya.
"Dia sangat cantik dan juga seksi, entah kenapa hatiku seperti tidak rela ketika melepaskannya untuk pergi. Sabar Tama, bersabarlah! Besok kalian akan bertemu kembali dan akan lebih sering menghabiskan waktu bersama, karena Amanda resmi menjadi sekretarismu mulai besok!" batin Tama menenangkan hatinya yang seolah meronta ketika berpisah dengan wanita yang baru semalam ia kenal.
"Tuan, kita pulang sekarang?" tanya Michael yang membuat lamunan Tama buyar seketika.
"Jangan, kita mampir dulu ke Mall Pondok Indah karena saya ingin membeli sesuatu untuk Nathalie!" jawab Pratama seraya memberikan perintah pada asistennya yang seharusnya libur bekerja ketika hari Minggu.
"Baik Tuan." Michael menjawab dengan lugas, lalu mulai melajukan kendaraannya dan mengambil arah sesuai tujuan Tama yang berikutnya sebelum ia mengantarkan tuannya pulang ke rumah.
Jarak yang begitu dekat dari rumah Amanda ke mall, membuat mobil mewah yang dikendarai oleh Michael kini telah berhenti di lobi mall.
"Mike, parkir kan saja mobilnya dan kau ikutlah ke dalam. Bantu saya mencari hadiah untuk Nathalie!" titah Tama yang langsung disetujui oleh sang asisten.
*
*
*
Kepulangan Amanda langsung disambut hangat oleh William bersama istrinya yang bernama Tamara. Mereka segera mengajak Amanda untuk duduk di ruang keluarga.
"Akhirnya kamu pulang juga, Nak. Hampir saja Daddy mau lapor polisi kalau sampai nanti sore kamu tidak pulang dan ponselmu masih tidak aktif juga. Memangnya kamu pergi kemana sih bersama teman kuliahmu sewaktu di London?" tanya William yang kini duduk bersebrangan dengan sofa yang diduduki oleh Amanda bersama Tamara.
"Maafin aku ya, Dad. Saking serunya ketemu sama teman lama, buat aku sampai lupa charger ponselku yang lowbat. Kemarin tuh aku cuma diajak sama Tania jalan-jalan ke mall, terus pulangnya nginep deh di apartemen dia yang ada di daerah Senopati. Nah, karena sekarang aku sudah pulang dalam keadaan baik-baik saja, Daddy sudah tidak cemas lagi 'kan?" Amanda menjawab pertanyaan William dengan penuh kebohongan sambil menampilkan raut wajah yang terlihat begitu bahagia, agar pria paruh baya yang sangat menyayanginya percaya dan tak lagi merasa cemas.
"Ya, Daddy bersyukur sekali karena sekarang kamu sudah pulang. Mommy-mu hanya takut kamu nyasar dan tidak tahu jalan pulang ke rumah, karena sebelumnya 'kan kamu tidak pernah menginjakkan kaki di kota Jakarta. Tapi sekarang kita berdua sudah tenang, mulai besok kalau kamu mau kemana-mana minta antar sama supir Daddy saja ya, biar Mommy-mu tidak terus mencemaskan keadaanmu ketika berada di luar rumah. Lihatlah mata panda Mommy-mu, itu karena semalaman dia tidak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan kamu."
Amanda segera menoleh dan menatap lekat wajah Tamara yang kantung matanya berwarna hitam. Hal itu membuat Amanda merasa bersalah karena telah berbohong dan membuat ibu sambungnya malah mencemaskan keadaannya sejak semalaman.
"Mom, aku benar-benar minta maaf banget ya karena sudah buat Mommy kepikiran. Lain kali aku minta Mommy jangan menyiksa diri seperti ini lagi ya kalau aku telat pulang, karena mulai besok aku akan bekerja di perusahaan Wirayuda Land Group. Mommy enggak keberatan 'kan kalau aku mulai masuk kerja besok?" ucap Amanda sambil mengusap lengan Tamara penuh kelembutan dan diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang terlontar.
"Mommy enggak kenapa-kenapa kok, sayang. Semalam itu Mom hanya khawatir saja kalau semisalnya kamu bertemu dengan orang jahat saat dalam perjalanan pulang. Kamu serius besok mau mulai kerja, memangnya kapan kamu masukin lamaran ke perusahaan itu, sayang?" tanya Tamara seraya mengusap punggung tangan Amanda yang saat ini masih berlabuh di lengannya.
"Kamu serius berkerja di perusahaan Wirayuda Land Group, Nak? Perusahaan properti yang ada di Kuningan itu 'kan?" tanya William dengan penasaran karena ia tak menyangka tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa putrinya akan bekerja di perusahaan properti ternama itu mulai besok.
Amanda tersenyum manis seraya membagi pandangannya ke arah William dan juga Tamara yang tengah menanti jawaban darinya dengan rasa penasaran.
"Iya, Mom, Dad, aku serius mau bekerja di sana mulai besok karena lamaran yang aku kirim beberapa Minggu lalu, diterima dan aku diminta untuk masuk kerja besok sebagai sekretaris CEO yang bernama Pratama Wirayuda. Gimana, Mommy dan Daddy izinin aku enggak untuk kerja di sana?" tanya Amanda seraya menatap keduanya penuh harap.
"Alhamdulillah kalau ternyata lamaran kamu diterima, karena enggak sembarangan orang bisa bergabung dengan perusahaan properti satu itu loh, sayang. Benar-benar hanya orang yang berkompeten dan berprestasi yang bisa kerja di sana. Kamu sangat beruntung bisa bekerja di perusahaan Wirayuda Land Group, sayang. Mommy senang mendengarnya dan pasti mengizinkan kamu untuk memulai karirmu dalam bidang properti bersama orang-orang hebat yang berada di dalamnya. Bagaimana kalau dengan kamu, Dad?" Tamara mengungkapkan rasa bangganya pada putri dari suaminya, ia merasa kehadiran Amanda di rumah mereka akan membawa warna baru dalam pernikahan William dan Tamara yang masih belum dikaruniai seorang anak dari hasil pernikahan yang sudah terjalin selama tujuh tahun lamanya. Lalu Tamara melontarkan sebuah pertanyaan sambil menatap ke arah suaminya yang tengah asik memerhatikan kedekatan antara kedua wanita yang paling berharga dalam hidupnya.
"Ya, aku pasti akan memberi dukungan penuh untuk Amanda. Semangat ya sayang untuk memulai pekerjaan barumu di Jakarta, semoga Tuhan selalu memberkahi apapun yang kamu kerjakan dan menggantikan setiap keringatmu dengan nikmat juga kebahagiaan yang pantas untuk kamu dapatkan. Daddy yakin kamu akan sukses dan mendapatkan masa depan yang cerah untuk kehidupanmu. Daddy bangga memiliki anak sehebat kamu, Amanda." William mengungkapkan isi hatinya dengan kedua mata yang tampak berkaca-kaca, penuh haru dan rasa bangga pada sang putri yang selama ini dijauhkan darinya oleh mantan istrinya.
"Makasih ya, Mom. Aku sayang banget sama Mommy." Amanda menghamburkan rasa bahagianya dalam dekapan Tamara selama beberapa saat. Pelukan hangat yang selama ini selalu ia harapkan dari ibu kandungnya yang tak kunjung ia dapatkan, akhirnya kini Amanda bisa merasakan pelukan hangat dari seorang ibu, walau wanita itu bukan ibu yang telah melahirkannya ke dunia, tapi kasih sayangnya terasa begitu tulus seperti seorang ibu pada anak kandungnya.
Setelah puas memeluk tubuh Tamara, kini Amanda mulai mengurai pelukan itu sambil mengusap air mata kebahagiaan yang telah membasahi wajahnya, lalu ia berpindah tempat duduk dan duduk di samping pria paruh baya yang merupakan ayah kandungnya. Kemudian Amanda mendekap erat tubuh sang ayah penuh rasa sayang yang terasa begitu dalam.
"Dad, terima kasih banyak ya karena Daddy mau menerimaku untuk tinggal di sini bersama kalian, Daddy selalu mendukung apapun yang aku lakukan dan Daddy juga memberikan kasih sayang seorang ayah yang selama ini tidak pernah aku dapatkan selama tinggal dengan ayah tiriku di London. Hidupku sekarang terasa berarti setelah bertemu dengan kalian, tidak ada lagi kesedihan maupun kesepian yang aku rasakan selama tinggal di sini. Daddy dan Mommy benar-benar orang tua yang begitu sempurna untuk aku, dan aku sangat beruntung memiliki kalian yang begitu tulus menyayangiku tanpa pamrih. Terima kasih, Dad. Terima kasih, Mom. Aku sangat sangat mencintai kalian, semoga Tuhan selalu mempersatukan keluarga kita dalam suka maupun duka."
Amanda begitu hanyut dalam rasa bahagianya yang mengharu biru saat ini. Ia semakin mempererat pelukannya pada tubuh sang ayah saat tak dapat membendung tangisan kebahagiaannya karena merasa beruntung memiliki sosok orang tua yang begitu sempurna seperti William dan juga Tamara.
Tidak hanya Amanda yang hanyut dalam suasana haru saat itu, Tamara dan juga William menangis bahagia karena akhirnya mereka bisa berkumpul dengan Amanda, yang selama ini terasa jauh karena keegoisan ibu kandung putrinya yang sengaja menjauhkan Amanda dari ayah kandungnya selama belasan tahun lamanya.
Bersambung...