“Ruang kerja Farel sudah kosong?” tanya Ben pada Angga setelah Angga memberi laporan soal keuangan perusahaan yang terdampak kenaikan pajak ekspor. “Sudah, Pak.” Angga menjawab pendek. Ini sudah tiga hari sejak pertengkaran hebat di ruang kerja Farel itu. Dan setiap hari Ben selalu memantau agar Farel benar-benar hengkang dari perusahaan dan hidupnya. Bahu Ben langsung rileks, helaan nafas lega juga lolos dari bibirnya. “Rumahnya gimana?” “Masih ada Bi Minah dan suaminya. Kemarin saya ke sana, kata mereka Farel pamitan mau ke luar negeri terus titip rumahnya ke mereka.” Ben mengangguk paham. “Biarkan saja mereka di sana. Beri mereka gaji sesuai gaji yang biasanya Farel beri.” Angga mencatatnya di ponsel dan mengangguk. “Haruskah saya cari tahu Farel pergi ke mana?” “Tidak perlu. Pas