Wajah Ben merah padam, tatapannya menggelap seolah siap melahap apapun yang ada di hadapannya. Kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya hingga buku-buku jarinya memutih, langkah kakinya mantap dan tegas. Tujuannya hanya satu, ruang kerja Farel. Pintu ruang kerja Farel terbuka berdebam. Farel yang sedang memeriksa dokumen spontan mendongak. “Papa?” Ia berdiri, jantungnya berdetak kencang saat melihat aura gelap melingkupi setiap gerak tubuh Ben. Tanpa banyak bicara, Ben melayangkan tamparan keras pada pipi Farel. Suara telapak tangan Ben yang membentur pipi kiri Farel menggema di langit-langit ruangan. Keras sekali. Bukan hanya terlempar ke samping, seluruh tubuh Farel terhuyung saking kerasnya tamparan Ben. “Apa-apaan ini, Pa?” Farel menatap Ben horor, memegangi pipinya yang panas