Sania turun ke bawah. Dia jadi lapar setelah bertengkar dengan wanita yang tidak diketahui namanya. Tapi tidak tahu malu mengaku sebagai calon istri Dion. Memang sudah gila wanita itu. Sania jadi gemas sendiri. “Kamu karyawan baru?” Sania menaikan sebelah alis. Kenapa juga orang-orang di sini kepo sekali. Ah! Negara tempat tinggalnya memang banyak kepo. Sania tidak menjawab. Langkahnya terus menuju ke kantin dan menatap pada menu kantin yang menurutnya enak untuk dimakan. “Mbak, saya mau pesan ini, ini, dan ini. Terus minumnya ini dan ini ya. Ah! Tambah gorengannya ya Mbak!” ucap Sania semangat dan air liurnya sudah ingin menetes sekarang. Sudah tidak sabar untuk memakan semua makanan yang di pesan oleh dirinya. “Namamu siapa?” Sania menatap pada lelaki yang duduk di depannya. Sa