Tono menatap putrinya yang terus menarik lengannya, menjauh dari restoran sambil bercucuran air mata. Tono sendiri tidak tau, hal apa yang membuat anaknya seperti itu. Sampai akhirnya Tono menghentikan langkah kakinya, sehingga Anjani pun ikutan menghentikan langkahnya karena Tono tak kunjung mengikuti langkahnya. "Kamu kenapa, Jani?" tanya Tono tak bisa menyembunyikan rasa penasaran. "Aku nggak apa-apa, Pak," sahut Anjani tanpa menoleh ke arah bapaknya. Beruntungnya angin malam kalau itu menerpa wajahnya sehingga air matanya yang semula membasahi wajahnya, kini sudah mengering, hilang tak tersisa. "Tadi di deket restoran kamu kenapa tiba-tiba diem aja? Terus tiba-tiba nangis, narik bapak sampe sejauh ini. Ada apa sebenarnya?" cecar Tono penasaran. "Ngga apa-apa, Pak. Aku tiba-ti