Bab 108. Menemui Ayah

1914 Kata

Udara malam terasa lebih lembut dari biasanya, seolah ikut merayakan hangatnya kebersamaan di rumah itu. Setelah makan malam yang penuh tawa dan cerita, ruang tamu kini dipenuhi sisa obrolan ringan, secangkir teh hangat, dan suara Alby yang berceloteh tanpa henti sambil memamerkan mainan dinosaurusnya. Sheren dan Emir bersiap pamit. Mereka berdiri di dekat pintu sambil membawa wadah kosong dan sisa beberapa puding dan cake yang tadi tidak habis dimakan. Celina ikut mengantar hingga ke teras, sementara Darren dengan suka cita merapikan piring bersama Karina di dapur, dibantu Marni yang senyum-senyum sendiri melihat keriuhan malam itu. “Nak, besok pagi jam berapa kita bisa berangkat?” tanya Sheren sambil menyentuh lembut tangan Celina. Celina menatap wajah sang tante, mata mereka bertemu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN