Setelah pintu kamar tertutup dan langkah Nirina menghilang ke kamar sebelah, Alby menarik napas pelan. Ia berdiri sejenak di depan pintu, kemudian kembali masuk ke dalam kamar hotelnya. Meja kecil di dekat jendela masih tertata rapi, tapi pikirannya penuh dengan berbagai hal yang belum selesai. Ia duduk dan membuka kembali map dokumen yang tadi sempat ia sisihkan. Beberapa lembar kertas mengenai akuisisi proyek properti di Bekasi ia pelajari lagi, lalu memberi beberapa catatan kecil di pinggir halaman. Ia mengetik cepat di laptop, menyelesaikan dua email yang tertunda sejak kemarin. Setelah memastikan tak ada yang genting, ia meraih ponselnya. 13 panggilan tidak terjawab. Nama Yessy muncul bertubi-tubi di daftar panggilan. Di atasnya, deretan pesan panjang mulai dari siang kemarin hing