Celina tertawa getir di antara air matanya. “Tanggung jawab? Apa itu yang Tuan sebut tanggung jawab? Memaksa saya untuk menjadi istri kedua, merampas kehormatan saya, lalu membiarkan istri pertama Tuan memperlakukan saya seperti sampah? Itu yang Tuan sebut tanggung jawab?” Darren terdiam sejenak. Kata-kata Celina memang menusuk, tapi ia tidak bisa menyangkalnya. “Celina, dengar. Saya tidak akan membiarkan kamu menghancurkan hidup saya. Kamu bisa membenci saya sepuasnya, tapi jangan pernah berpikir untuk kabur dari apa yang sudah terjadi.” “Dan apa yang Tuan mau dari saya?” Celina menatapnya dengan mata yang basah. “Berdiam diri? Menjadi pembantu seperti yang lainnya atau menjadi istri boneka yang hanya menjalani perintah Tuan tanpa suara? Atau seperti yang dikatakan oleh Nyonya Talita, j