Langit semakin gelap, suasana di dalam mobil yang membawa Darren ke mall terasa mencekam. Aryan duduk diam di kursi depan, sesekali melirik ke arah Darren melalui kaca spion, memastikan dirinya tidak melakukan gerakan yang salah. Darren yang duduk di belakang tampak marah besar, tangannya terkepal erat di atas lututnya. “Warno, pastikan kamu tetap di lokasi. Jika ada tanda-tanda keberadaan Celina, segera laporkan!” perintah Darren dengan nada keras melalui ponselnya. “Iya, Tuan. Saya akan terus memantau,” jawab Warno cepat dari ujung telepon. Aryan menghela napas dalam hati. Situasi ini mulai tidak terkendali. Setibanya di mall, Darren keluar dari mobil dengan langkah lebar, wajahnya yang dingin membuat siapa pun yang melihatnya langsung menyingkir. Tidak butuh waktu lama, ia sampa