Darren mengalihkan tatapannya ke layar ponsel, membaca nama yang muncul di sana: Cindy. Bukan istrinya. Bukan seperti yang Celina tuduhkan dengan nada santai yang menyebalkan itu. Suaranya barusan masih terngiang di telinga Darren. "Siapa tahu dari istri Pak Darren. Kenapa tidak diterima saja? Nanti dicari, lho." Darren menggenggam ponselnya erat. "Celina, hentikan." Nada suaranya turun satu oktaf, berisi peringatan. Celina justru mengangkat alis. "Apa? Saya hanya mengingatkan." Ia menyilangkan tangan di depan d**a, seolah tidak peduli. "Kasihan, nanti istrinya panik kalau suaminya menghilang begini." Sial. Kenapa wanita ini selalu tahu bagaimana caranya membuat darahnya mendidih? Darren merasakan kemarahan yang begitu mentah di dadanya. Tanpa berpikir panjang, ia menarik Celina ke d