Darren berdiri tegap di atas panggung kecil di depan ruangan. Para tamu mengalihkan perhatian mereka kepadanya, menghentikan obrolan mereka dan menanti sambutannya. Cahaya dari lampu gantung kristal memantulkan kilauan keemasan di atas gelas-gelas anggur di setiap meja, menciptakan suasana mewah yang sempurna untuk acara makan malam bisnis ini. Namun, di tengah atmosfer yang penuh formalitas itu, pikiran Darren justru dipenuhi oleh satu sosok—Celina. Dari posisinya di panggung, matanya terus mengamati wanita itu. Celina duduk di antara tamu-tamu penting, berbicara dengan seorang pria yang tampaknya begitu menikmati percakapan dengannya. Darren merasakan sesuatu yang asing dalam dirinya. Sesuatu yang mendidih perlahan—amarah? Rasa tidak suka? Atau sesuatu yang lebih dalam dari itu? Yang j