Langkah kaki Nirina melambat begitu ia melewati ambang pintu masuk mansion. Matanya membelalak tanpa bisa dikendalikan. "Astaga naga ... ini rumah apa istana?" bisiknya tanpa sadar, suaranya nyaris seperti gumaman tapi cukup keras untuk membuat Alby melirik dari samping. Di hadapannya terbentang ruang masuk yang begitu luas, dengan lantai marmer putih mengilap, lukisan-lukisan klasik tergantung rapi di dinding, dan lampu gantung kristal yang menjuntai elegan dari langit-langit. Wangi lembut diffuser mahal menyusup ke hidungnya, berbeda jauh dengan bau lotion nyamuk dan mi instan yang biasa ia cium di kamar kost. “Jangan terlalu lama berdiri di situ,” gumam Alby sambil tersenyum tipis. “Nanti dikira kamu patung lilin baru.” Nirina menoleh cepat dan menyengir canggung. “Maaf, Pak. Kaki s