Sabda menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. Baginya tidak ada kesempatan kedua soal permasalahannya dengan Bela. Dulu ia berusaha melupakan gadis itu dengan susah payah. Bahkan tidak berusaha dekat dengan gadis mana pun setelah putus kala itu. Hingga akhirnya ia harus menikahi Senja. Ketika hidupnya sudah damai dengan istri dan anaknya, dirinya dan Bela harus terlibat dengan urusan kerjasama.
"Mas tidak ingin rumah tangga kita bermasalah karena Bela."
"Bagaimana kalau aku melamar kerja saja di sini?"
Sabda mengernyit heran mendengar ucapan istrinya.
"Aku serius. Jadi staf atau apapun lowongan pekerjaan yang ada. Mas, bisa tanyakan reputasi kerjaku pada Pak Dion. Tiga tahun aku bekerja sama dia."
Bukan soal meragukan kemampuan Senja, tapi Sabda lebih memikirkan putra mereka. Rasanya
