Arga memandang Senja yang masih diam. Dari balik meja, perutnya sudah tampak membesar. Kalau tak salah bulan depan mantan kekasihnya itu akan melahirkan. Meski dihibur sedemikian rupa, rasa sesak di d**a juga tetap saja terasa. Harusnya dia pun sudah bisa mengikhlaskannya. Seperti Sabda dan Senja yang sudah bahagia. "Kehamilanmu baik-baik saja, kan?" Arga bertanya sambil memandang Senja. "Alhamdulillah, baik-baik saja, Mas." "Kapan perkiraan lahiran?" "Bulan depan." Bu Hanum juga iba pada lelaki muda di hadapannya. Dilihat dari raut wajahnya, beliau bisa membaca, penyesalan seperti apa yang dirasakan Arga. Namun, memiliki menantu seperti Sabda juga anugerah luar biasa. Dialah jawaban dari semua doa-doanya selama ini. Memohon pasangan yang sholeh buat putrinya. Tidak lama kemudian Ar