Hari Istimewa 1

1024 Kata

Bukan Pernikahan Biasa - Hari Istimewa Ketika sudah di dalam angkot, Senja baru menyadari kalau ponselnya berdering. Sabda yang meneleponnya. "Ya, Mas. Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam. Kamu di mana sekarang? Apa masih belanja?" "Enggak. Aku sudah di perjalanan pulang, sebentar lagi sampai rumah. Maaf tadi nggak sempat jawab teleponnya. Mas, sudah di rumah?" "Belum, ini masih di kantor. Ya sudah, kita ketemu di rumah nanti." "Hu um.' "Sampai rumah lekas istirahat. "Iya." "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jika Sabda sepeduli ini, kenapa dia harus bimbang dengan ucapan gadis tadi. Perkataan seorang mantan yang bisa saja menjadi racun baginya. Memanglah jelas antara Sabda dan Bela pernah saling mencintai, dengan dirinya masih menjadi teka-teki. Bukankah itu hanya kisah lam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN