Kavindra menggenggam tangan Sarah erat-erat ketika mereka duduk menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Raut wajahnya tegang, khawatir, namun tetap mencoba tersenyum menenangkan sang istri yang bersandar lemah di bahunya. Sarah masih pucat, bibirnya nyaris tak bersuara sejak pagi, sejak ia memuntahkan isi perutnya yang kosong, dan mengeluh pusing berkepanjangan. Seorang perawat memanggil nama mereka, dan mereka pun berdiri. Kavindra membantu Sarah melangkah pelan menuju ruang pemeriksaan dokter umum. Pemeriksaan singkat dilakukan. Cek tekanan darah, suhu tubuh, dan tanya jawab cepat soal gejala yang dialami Sarah. Sang dokter, wanita paruh baya yang berwajah ramah, mengangguk-angguk dan menuliskan sesuatu di formulirnya. “Kami sarankan Ibu Sarah untuk segera ke dokter kandungan. Ini tampak