Sarah berdiri di depan cermin besar di kamar apartemennya yang luas. Kilau lampu gantung kristal di atas kepalanya memantulkan cahaya lembut pada kulitnya. Dress selutut berwarna merah menyala membalut tubuh rampingnya, rambutnya ditata bergelombang lembut, dan bibirnya dipulas merah senada dengan pakaiannya. Ia tak bergerak, hanya memandang pantulan dirinya dengan sorot mata kosong. Begitu banyak kemewahan di sekitarnya, tapi semuanya terasa seperti siksaan batin. Suara pintu terbuka pelan membuat tubuh Sarah menegang. Ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang masuk. Langkah tenang itu terlalu khas untuk Kavindra Leonardo. Lelaki itu menghampiri dari belakang, menatap refleksi Sarah dalam cermin, lalu menyunggingkan senyum kecil yang datar tapi tajam. "Sudah siap?" tanyanya tanpa int