Fiona berdiri di depan cermin panjang yang tergantung di sisi kamarnya. Ia merapikan rambut dengan teliti, memoles sedikit lipstik merah muda ke bibirnya, lalu menyemprotkan parfum favorit ke leher. Matanya menatap pantulan dirinya sendiri. “Aku masih cantik,” bisiknya. “Dan hari ini, aku akan bicara baik-baik dengan Kavindra.” Dengan percaya diri, ia mengambil tas kecil dan meninggalkan apartemen. Langkahnya mantap menuju kantor perusahaan Kavindra. Di perjalanan, Fiona sudah membayangkan bagaimana pertemuan itu akan berjalan. Ia akan menyapa lembut, meminta maaf dengan tutur halus, dan… mungkin Kavindra akan melunak. Mungkin Kavindra masih menyimpan perasaan. Mungkin, hanya mungkin, masih ada celah untuk dirinya kembali. Tiba di gedung perkantoran tinggi tempat perusahaan Kavindra ber