Julian setengah menoleh menatap Shakila penuh tanya. “Apa maksudmu?” Shakila segera menutup mulut dan tertawa kikuk melihat bagaimana Julian menatapnya. “Hehe, tidak. Tidak ada,” jawabnya. Julian membalikkan badan dan kembali mengambil posisi duduk. “Coba katakan sekali lagi,” tegasnya. “Apa? Tidak.” Kini sorot mata Julian kembali tak ramah seperti biasa. Ia memberi isyarat dengan tangan agar Shakila mendekat, mencondongkan tubuhnya. Dengan takut dan ragu Shakila menurut ia mencondongkan tubuhnya ke depan. Tuk! Julian memukul kepala Shakila dengan pinggiran tangan. “Terus lah berkhayal,” ucapnya. “Awh, sssh.” Shakila meringis mengusap kepala. Baiklah, ia tidak akan berpikir aneh seperti itu lagi. Julian baik karena memang baik, bukan karena menyukainya. Selera Julian adalah wani