“Psst, Shaki?” Monik menyenggol lengan Shakila dengan bahu saat Shakila melamun tak menjawabnya. “Ah, ya?” Shakila tersentak, tersadar dari lamunan. “Ish, kau ini kenapa?” “Tadi kau bilang apa?” “Aku bilang, apa kau berpikir seperti yang aku pikirkan?” “Memangnya, apa yang kau pikirkan?” “Silakan.” Tepat di saat itu pelayan datang meletakkan pesanan Shakila dan Monik ke atas meja. “Terima kasih,” ucap Shakila kemudian kembali pada obrolannya. Monik menatap Shakila dengan serius bahkan sampai menggenggam pergelangan tangannya. “Aku tidak tahu kenapa, meski pria tadi tampan tapi aku merasa kau harus berhati-hati dengannya,” kata Monik. Alis Shakila tampak berkerut. “Apa? Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” Monik melepas genggaman tangannya pada pergelangan tangan Shakila

