Shakila tertunduk tak berani menatap Julian. Bukan hanya karena malu dengan apa yang terjadi sebelumnya tapi malu karena pelipisnya yang bengkak sebesar kepalan tangan bayi. Saat ini ia duduk di tengah di antara kedua orang tuanya yang mengapit. “Jadi, bagaimana, Shaki?” tanya Abimana seraya menoleh menatap sang putri. Dirinya sudah menjelaskan pada Shakila maksud dan tujuan Julian dan Eza datang, begitu juga Eza yang melamarnya secara langsung untuk Julian. Shakila mengangguk lemah. Bagaimana mungkin dirinya mengatakan tidak? Hela nafas kelegaan terdengar lolos dari semua orang tak terkecuali Julian. Senyuman Eza pun juga mengembang. “Bagaimana jika pernikahannya disegerakan? Bukankah lebih cepat lebih baik?” saran Eza. Julian melirik Eza sekilas. Ya, baik demi keinginanmu, bat

